4 KEISTIMEWAAN DI HARI-HARI TASYRIK
Ada hari-hari yang Allah Subhanahu Wata'ala sebutkan dalam Al-Qur'an, yaitu hari-hari tasyrik. sebagaimana Allah berfirman :
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي
أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah
Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203).
Yang dimaksud dengan “hari-hari yang terbilang” adalah hari-hari
tasyrik yakni tiga hari setelah Idul Adha. Ini merupakan pendapat Ibnu Umar.
Sementara Ibnu Abbas dan Atha berpendapat bahwa “hari-hari yang terbilang”
jumlahnya empat hari; Idul Adha dan 3 hari setelahnya. (Lathaiful
Ma’arif, Hal. 314).
Dalam hadis dari Abdullah bin Qurth radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ
الْقَرِّ
“Hari
yang paling agung di sisi Allah adalah hari qurban (Idul Adha) kemudian hari
al-qarr.” (HR. Abu Daud 1765).
Dalil Al-Qur’an dan hadist tersebut mengistimewakan
hari tasyrik,
dan diantara keistimewaan hari tasyrik ini adalah
1.
DI
HARI TASYRIK, DILARANG UNTUK BERPUASA
Di hari tasyrik, kita dilarang untuk berpuasa. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai hari makan dan minum,
serta banyak berdzikir kepada Allah.
Dari Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari
Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR.
Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Ibnu Rajab mengatakan:
و إنما نهى عن صيام أيام التشريق
لأنها أعياد للمسلمين مع يوم النحر فلا تصام بمنى و لا غيرها عند جمهور العلماء
“Kita dilarang berpuasa pada hari tasyrik karena
hari tasyrik adalah
hari raya kaum muslimin, disamping hari raya qurban. Karena itu, tidak boleh
puasa di Mina maupun di daerah lainnya, menurut mayoritas ulama.” (Lathaiful
Ma’arif, hlm. 509).
2.
DI
HARI TASYRIK
DI ANJURKAN PERBANYAK DZIKIR
Sebagaimana Allah berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah
Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203). Yaitu di
hari tasyrik.
Menyemarakkan dzikir pada hari tasyrik, bisa
dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya (Lathaiful Ma’arif, 504
– 505):
Melakukan Takbiran setiap selesai shalat wajib. Ini sebagaimana
yang dilakukan para sahabat. Sebagaimana praktek Umar bin Khattab radhiyallahu
‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir setelah shalat shubuh pada
tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah dzuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Demikian juga dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9
Dzulhijjah sampai ashar tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau juga bertakbir setelah
ashar. (HR. Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: “Shahih dari
Ali”).
3.
DI
HARI TASYRIK
MASIH DIPERBOLEHKAN UNTUK BERQURBAN
Waktu untuk penyembelihan qurban, bisa dilaksanakan sampai
hari tasyrik berakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أَيَّامِ
التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ
“Di
setiap hari tasyrik, boleh menyembelih.” (HR. Ahmad, ibn Hibban,
Ad-Daruquthni, dan yang lainnya).
4.
DIANJURKAN MEMPERBANYAK BERDO’A KEPADA ALLAH
Sebagian ulama menganjurkan untuk memperbanyak berdoa
di hari Tasyrik ini.
Ikrimah (murid Ibn Abbas) mengatakan:
كان يستحب أن يقال في
أيام التشريق : { رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }
hari tasyrik: RABBANAA AATINAA FID-DUN-YAA HASANAH WA FIL AA-KHIRATI
HASANAH, WA QINAA ADZAABAN-NAAR. (Lathaiful Ma’arif,
Hal. 505).
Doa ini kita kenal dengan doa sapu jagad. Dan memang demikian, doa
ini dianggap sebagai doa yang isinya mengumpulkan semua bentuk kebaikan dan
menolak semua bentuk keburukan. Karena itulah, doa ini menjadi pilihan yang
sangat sering dilantunkan oleh manusia terbaik, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Anas bin Malik mengatakan:
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ»
Doa yang paling banyak dilantunkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah RABBANAA AATINAA
FID-DUN-YAA HASANAH dst.. (HR. Bukhari 6389 dan Muslim 2690).
Ziyad Al-Jasshas meriwayatkan dari Abu Kinanah al-Qurasyi, bahwa
beliau mendengar Abu Musa al-Asy’ari berceramah dalam khutbahnya ketika Idul
Adha:
بعد يوم النحر ثلاثة
أيام التي ذكر الله الأيام المعدودات لا يرد فيهن الدعاء فارفعوا رغبتكم إلى الله
عز و جل
Setelah hari raya qurban ada tiga hari, dimana Allah menyebutnya
sebagai al-Ayyam
al-Ma’dudat (hari-hari yang terbilang), doa pada hari-hari
ini, tidak akan ditolak. Karena itu, perbesarlah harapan kalian. (Lathaiful
Ma’arif, Hal. 506)
Semoga kita semua sehat sehingga bisa beribadah dengan maksimal
kepada Allah dan segala amal ibadah kita diterima Allah. Amien Ya Robbal Alamin
Posting Komentar untuk "4 KEISTIMEWAAN DI HARI-HARI TASYRIK "